1. Hamin Gimbal
Dikalangan pendukung fanatic PERSEBAYA, nama Hamin Gimbal tentu sangat familier. Pemuda yang lahir di Bangkalan Madura ini dikenal sebagai dirigen BONEK bertandem dengan Okto Tyson. Rambutnya yang gimbal dan kebiasaan memakai rok hijau gaya skotlandia di padu dengan sepatu bot roligan menjadi ciri khas seoran Hamin Gimbal ketika berdiri di tempat khusus dirigen, memimpin puluhan ribu BONEK.
Kecintaan Hamin terhadap PERSEBAYA
sudah berawal dari kecil. Meskipun, dia bertempat tinggal di Madura,
namun Hamin kecil tak pernah absent menonton PERSEBAYA
bertanding. “ Walaupun saya berasal dari seberang pulau, tapi saya selalu
menyempatkan datang ke stadion untuk menonton PERSEBAYA.
Kadang saya tidak pamit orang tua. Namun lambat laun orang tua
mendukung penuh,” ujar Hamin. Baginya, BONEK
memiliki arti totalitas dan loyaitas dalam mendukung tim kesayangannya PERSEBAYA Surabaya. “ Loyalitas dan
totalitas tanpa mengenal waktu.
2. Okto Tyson
Tatapan matanya agak ajam, wajahnya terlihat garang,
tubuhnya gempal mirip dengan perawakan Mike Tyson. Begitulah sekilas
penampilan Okto. Namanya tidaklah asing di kalangan pendukung fanatic PERSEBAYA. Maklum dia adalah dirigen BONEK. Pria yang bernama lengkap Okto
Kepernahum Henukh ini lahir di Surabaya 25 Oktober 1979.
Berawal dari inisatif untuk menambah kreatifitas dan kekompaakan, Okto
memberanikan diri menjadi komandan BONEK
untuk bernyanyi dan menampilkan aksi kreatifitas. Sebagai sosok yang
mengkoordinir puluh ribuan BONEK untuk
bernyanyi, tugas Okto sangatlah berat. Ia di tuntut harus mampu menjaga
ketahanan semangat dan emosi puluhan ribu BONEK
dalam mendukung PERSEBAYA. Aksi
gerakan tangan , suara yel-yel, sampai teriakan dukungan BONEK selalu dikoordinir dan dipantau olehnya.
Hal ini agar semua gerakan dan aksi kreatif BONEK
mania terlihat rapi dan kompak. Dibalik kegarangan
penampilannya, Okto sanagtlah cakap dan pandai dalam berbicara atau berdiskusi.
Pemuda alumnus Bisnis Admiistrasi UPN veteran Surabaya ini, tak jarang di
undang untuk ON AIR di radio atau TV. Dari pengalaman panjang menjadi
dirigen supporter terbesar di tanah air, nama Okto semakin popular di kalangan
Pendukung Klub liga Indonesia. Ia pernah dipercaya memimpin delegasi
supporter Jawatimur dalam jambore suorter Indonesia di Bali pada tahun 2007.
3. Cak dul Panglima BONEK
1988
Sejarah berbondong-bondongnya suporter PERSEBAYA
pada laga final Kompetisi perserikatan 1988 di Stadion Senayan Jakarta tidak
bisa dilepaskan dari sosok H. Abdullah. Pria yang akrab disapa Cak Dul
ini dikenal sebagai panglima perang BONEK mania
pada akhir 1980 an. “ Dulu belum ada istilah dirigen atau korlap.
Teman-teman suporter banyak yang menyebut panglima perangnya BONEK. Tapi ini bukan ditujukan
untuk berseteru dengan supporter musuh, istilah panglima ini hanya untuk
mengkoordinir supporter sebagai pengganti ketua,” Kata Cak Dul.
Ia banyak menceritakan kebesaran dan aksi nekat supporter PERSEBAYA di kompetisi terdahulu. Menurut
Cak Dul, BONEK adalah bentuk
spontanitas arek-arek Suroboyo yang mengalir darah sporadic dan radikal,
semangat juang menaklukan stadion manapun untuk menunjukan kepada khalayak
masyarakat tentang jati diri dan identitas supporter seutuhnya. Baginya,
tidak ada kelompok supporter lain dinegeri ini yang melakukan tindakan radikal
dan nekat selain BONEK.
Hal yang paling berkesan bagi Cak dul adalah ketika ia dengan berani dan nekat
naik ke atap stadion senayan untuk memasang spanduk raksas sepanjang 60 meter
yang bertuliskan “ KAMI HAUS GOL KAMU PERSEBAYA “. Seisi stadion bergemuruh
dengan tepukan tangan ketika Cak Dul mulai menaiki atap sampai ia berhasil
memasang spanduk itu. Ini tidak ada pemain yang cidera, tidak ada aksi
fenomennal dari pemain dan tidak ada momen menarik di lapangan melainkan
teriakan dan applause dari seluruh penonton itu di tujukan kepada aksi nekat
seorang suporeter PERSEBAYA yang mampu
memanjat atap Stadion Senayan setinggi 15 meter. Suporter PERSEBAYA itu adalah Cak Dul yang dulunya berambut
gondrong dan konon dijadikan icon gambar BONEK
di Koran Jawapos.
4. Supangat Koordinator Tretetet 7000 BONEK
Disadari atau tidak, Supangat yang dikenal sebagai announcer pertandingan PERSEBAYA, sedikit banyak mengetahui perjalanan
panjang tim yang berjuluk bajol ijo ini. MeskI kini usia beliau hampir 60
tahun, namun semangat bapak 3 anak dan 1 cucu ini masih berkobar seperti 39
tahun yang lalu. Kala itu Supanagat baru saja bekerja di radio
Gelora Surabaya. Tugasnya saat itu bukan langsung menjadi penyiar
pertandingan, melainkan sebatas memutar lagu-lagu. Baru tiga tahun
sesudahnya dia dipercaya untuk berbicara di depan mikrofon untuk menyiarakan
jalannya petandingan PERSEBAYA. 84
tahun perjalanan PERSEBAYA, hampir
separuh lebih Supangat mengetahui sejarah PERSEBAYA.
Mulai dari pasang surut prestasi hingga supporter PERSEBAYA
atau BONEK. Pria berkacamata ini
sedikit banyak menceritakan aal muasal nama BONEK.
Pada tahun 1986-1987 PERSEBAYA
masuk final di senayan. Lawan yang dihadapi adalah PSIS Semarang. Demi mendukung tim kesayangan suporter ber tret tret ke Jakarta ,
Supangat mempunyai ide memberangkatkan supporter dengan jalan darat. “
setelah berkoordinasi dengan semua pihak , kami akhirnya menggunkan bus” terang
supangat. Antusiasme supporter yang ingin mendukung timnya begitu luar
biasa. Hasilnya, sekitar 7000 suporter terdaftar. Masalah timbul
ketika Supangat dan rekan-rekannya, hanya bisa menyediakan sekitar 100 bis.
Ini berarti masih kurang 36 bis lagi untuk mengangkut supporter.
Memberangkatkan 7000 orang ternyata buka soal yang mudah.
Supangat menceritakan betapa ia kekurangan orang untuk
mengkoordinir banyaknya supporter. “ sampai- sampai, tukang potong rumput
saya jadikan pemimpin rombongan “, kata pria yang pernah menjadi ring
announcer perebutan gelar juara kelas bantam WBC International antara petinju
indoonesia Wongso Indrajit dengan Edel Geronimo dari Fiiphina 1988 ini.
5. Wastomi
Suheri The legend of Suporter
Dunia persepak bolaan nasional khusunya para pendukung PERSEBAYA tidak ada yang tidak mengenal sosok
yang satu ini. Penampilannya sederhana dan ceplas-ceplos khas arek
Suroboyo. Dialah Wastomi Suheri lahir pada tanggal 30 Juni 1953 di Desa
Suko Wilangun Kecamatan Kalipare Kabupaten Malang. Wastomi dikenal
sebagai seorang anak yang gigih dan mandiri. Pada tahun 1961, ketika usia
masih dini yakni 8 tahun , ia memberanikan diri merantau ke kota Surabaya
dengan tujuan untuk mendapatkan hidup yang lebih baik. Ketika sampai di
Surabaya , ia harus bertahan hidup dengan cara mengadu nasib menjadi anak
jalanan. Selama di Surabaya ia tidak punya rumah, yang dijadikan tempat
berteduh dari panas dan hujan .
Sehari-hari yang dilakukan adalah menjual Koran dan
mengamen . Wastomi pun mendapatkan pelajaran sekolah dasar harus dengan
mengintip proses belajar di SD Tambak Sari Ngundu,. Meski tidak mengenyam
pendidikan resmi, Wastomi sangat menekankan pendidikan kepada anak-anak nya.
Sejak kecil Wastomi sangat senang dengan olahraga khusunya sepak bola.
Sehari-hari hidup dikawasan Tambak Sari membuat kecintannya terhadap
sepak bola semakin mendalam. Rasa cinta dan fanatisnya dilimpahkan untuk PERSEBAYA. Setiap PERSEBAYA bertanding di Stadion Tambak Sari ia
tidak pernah melewatkan untuk hadir. Fanatismeya terhadap PERSEBAYA ini bertahan sampai sekarang, sampai
memilik 5 orang anak.
Sebagai BONEK, pengalaman Wastomi
sangatlah banyak. Dari berbagai pengalaman ini, hal yang paling berkesan
adalah ketika ia berhasil menggergaji 12 pintu yang ada di Tambak Sari hanya
untuk memasukan teman-temannya yang tidak punya uang untuk membeli tiket
pertandingan. Ia akhirnya di tangkap 2 jam setelah pertandinagn dan di
tahan polisi selama 2 hari.
Dari catatan panjangnya menjadi BONEK,
banyak kalangan yang menganggap Wastomi sebagai bapak e BONEK. Ia sangat di segani di kelompok
supporter PERSEBAYA. Pria yang
akrab di panggil abah ini juga dikenal sebagai salah satu pendiri YSS.
suka banget dgn gambar bonek diatas
BalasHapusgambar bonek cirebon